Wednesday, October 10, 2007

Kota Ternate, Bakal Masuk Jaringan Internasional

TAK pelak lagi, ke depan Kota Ternate di Provinsi Maluku Utara (Malut) bakal menjadi salah satu kota terkemuka di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Keunggulannya bukan cuma karena didukung sumber daya alam yang berlimpah, tetapi juga terutama karena letaknya di alur Laut Maluku, yang masuk jaringan lalu-lintas perdagangan internasional.

Menurut konsep jaringan perdagangan internasional Australia yang berpusat di Darwin, Australia Utara, Laut Maluku menjadi alur laut yang sangat penting dalam perdagangan internasional Australia-Asia Pasifik. Konsep Perdagangan internasional Australia yang dimulai dengan pembangunan jalan kereta api Selatan-Utara, menghubungkan seluruh kota di bagian selatan, timur dan barat Australia ke Darwin, menempatkan Laut Maluku sebagai alur lalu lintas laut strategis, karena letaknya di alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) III.

Upaya membangun jalan kereta api Selatan-Utara yang dikembangkan Australia dimaksudkan untuk mengefisienkan seluruh jalur perhubungan laut agar mampu bersaing, guna memenangkan kompetisi ketat di Pasar Pasisfik. Jika selama ini basis utama perdagangan internasional Australia berpusat di Adelaide, dalam konsep ke depan, peran tersebut akan dimainkan oleh Kota Darwin.

Kapal-kapal yang berlayar dari dan ke Darwin Australia melalui ALKI III, Laut Maluku dan Laut Banda berpeluang menyinggahi pelabuhan atau kota di KTI, terutama Ternate dan juga Bitung. Di sinilah peluang Ternate ke depan bisa menjadi bagian integral dalam konteks perdagangan internasional yang dirancang Australia.

Selain keunggulan geografi, serta sebagai kota yang memiliki nama internasional sejak era 1518, saat Armada Portugis yang dipimpin D'alberqueque pertama kali menginjakkan kaki di pulau yang kaya rempah-rempah (cengkeh dan pala). Boleh dikatakan, globalisasi serta sentuhan internasional melanda Ternate lewat pengenalan dengan bangsa Portugis dan Belanda.

Melihat catatan sejarah, bukan hal mustahil bila dalam konsep jaringan perdagangan internasional, Ternate masuk dalam skenario global. Juga dalam kerangka bermain di dunia internasional, sejarah mencatat, Ternate bukanlah ikon baru. Bahkan, dalam berbagai ensiklopedi, nama Ternate yang kaya rempah-rempah serta kiprah Kesultanan Ternate ikut dicatat sebagai kota penting dalam perjalanan sejarah dunia.

Persoalannya, bagaimana Pemerintah Provinsi Maluku Utara, Pemerintah Kota Ternate, terutama rakyatnya ikut aktif mempersiapkan kota ini menjadi berdimensi internasional, modern, tetapi tetap religius.

Kota Ternate yang kesohor ke seluruh dunia lewat nama besar Kesultanan Ternate, rempah-rempah dan belakangan ini kaya ikan, hasil hutan dan hasil-hasil tambang ditantang untuk mempersiapkan diri tampil di forum nasional dan internasional.

Semestinya, otonomi daerah atau desentralisasi atau pendelegasian kewenangan urusan pembangunan, kemasyarakatan dan pemerintahan akan memperkuat, sekaligus mempercepat upaya Ternate menampilkan diri ke berbagai arena. Terutama dalam kerangka kesejahteraan rakyat. Kota ini harus berjuang keras mencairkan predikat negatif akibat konflik sosial tiga tahun terakhir yang sempat memakan korban ribuan manusia tewas.

Begitu pentingnya Ternate dalam perjalanan sejarah bisa dilihat pada keputusan pemerintah, khususnya Gubernur Bank Indonesia yang menempatkan gambar Pulau Maitara dan Tidore pada lembar uang seribu rupiah. Kesempatan yang amat langka itu jatuh pada pilihan ke-dua pulau di depan Kota Ternate, itu tak terpisahkan karena peran sejarah yang ikut menghias perjalanan Bangsa Indonesia.

KOTA Ternate dan juga Provinsi Maluku Utara, seperti ditegaskan Gubernur Thaib Armayn yang dilantik sebagai gubernur definitif November 2002, menyimpan potensi untuk tampil sejajar dengan kota-kota besar lain di Indonesia. Bahkan, ke depan Ternate dapat menjadi lokomotif pengembangan KTI bersama Kota Bitung dan Manado.

Sinergitas Ternate dengan Manado serta Bitung menurut Thaib Armayn bakal menjadi simpul atau saran penting bagi tampilnya Ternate dan Maluku Utara pada umumnya. Namun, lepas dari beragam peluang itu, di antara warga Ternate dan Manado terjalin hubungan kekeluargaan yang sangat kental.

Kawin mawin di antara kedua komunitas, Ternate dan Manado ikut menjadi ciri khas perjalanan sejarah kedua suku. "Ini pula yang akan mewarnai beragam kemungkinan positif ke depan di antara kedua wilayah dan kedua komunitas," ujar mantan Pejabat Gubernur Malut SH Sarundajang yang kini dipercaya menjadi Penjabat Gubernur Maluku.

Sarundajang menambahkan, keterbukaan warga Ternate semestinya didorong terus. Damai yang bersemi harus dipupuk dan disiram terus-menerus agar mampu tumbuh subur pada semua warga.

Gubernur Thaib Armayn menambahkan, peningkatan fasilitas pelabuhan serta Bandar Udara Sultan Babullah, termasuk peningkatan fasilitas pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi fokus perhatian kepemimpinannya lima tahun ke depan.

Menjual Ternate, dalam arti mempromosikan Ternate ke arena internasional juga tidak sesulit menjual kota-kota lain yang belum dikenal.

Tawaran-tawaran mengundang investasi mancanegara bakal tidak sesulit kawasan lain, karena Ternate sudah dikenal dunia, berada di alur pelayaran dunia, memiliki sumber daya alam yang potensial. (fr/kompas)

No comments: